-->

Mikir Pendek | Opini tentang Apa Saja

Tulisan-tulisan yang semoga kalau kalian cari positifnya, ada.

Kebiasaan Banding Membanding Sejak Dalam Keluarga

 Lu Mending, Lah Gue Lebih Parah

Sikap membandingkan diri ke orang lain sebenarnya sudah mengakar sejak kecil pada sebagian orang diluar sana. Mulai dari ketika kamu tidak sengaja lewat di depan ibumu yang sedang nonton hafidz cilik di televisi sambil mengatakan "tuh liat kecil-kecil udah hafal Qur'an gak kaya kamu", atau ketika kamu malas ke sekolah atau kurang uang jajan dari orang tua lantas dibalas dengan "dulu ayah ke sekolah harus jalan kaki 1 jam mendaki gunung lewati lembah". Bahkan sampai kamu sudah dewasa masih juga dibandingkan dengan saudara jauh kamu yang sudah lulus kuliah atau kerja di perusahaan ternama.

Membandingkan Diri
Jalan Hidup Orang Pasti Beda


Saya sendiri paham, bahwa orang tua melakukan hal itu karena ingin anaknya lebih berusaha walaupun memang cara menyampaikannya kurang tepat. Malah tidak sedikit juga seorang anak yang ketika terus-terusan dibandingkan dengan yang lain, menjadikannya sebuah motivasi baru untuk membuktikan pada si orang tua bahwa dia juga bisa "sukses". Hal ini pastinya menjadi win-win solution, si anak sukses dan si orang tua pastinya turut bangga.

Fenomena yang sudah lama terjadi tapi diangkat kembali menjadi topik hangat adalah adu penderitaan. Ketika seharusnya seorang teman mendengarkan curhatan teman baiknya malah dibalas dengan penderitaan dirinya yang dia anggap "lebih parah". Sampai-sampai banyak meme tersebar dengan template "lu mending, lah gw..". Seakan ingin bilang bahwa aku lebih kuat dan lebih hebat dari kamu bro, masa gitu aja ngeluh.

Sungguh saya mencoba pahami, bahwa mereka yang mengadu nasib deritanya supaya orang lain lebih merasa bersyukur dan menyadari di luar sana ada orang yang lebih menderita. Tapi sepertinya bukan tugas kamu untuk menyadarkan mereka akan hal itu, biarkan mereka selesaikan "derita" yang sedang mereka alami dan mudah-mudahan berakhir dengan kesadaran dan bersyukur bahwa ada orang yang lebih susah lagi dibanding dia. 

 Menurut saya sakit hati atau rasa menderita itu rasanya sama, tidak ada alat untuk mengukur derita yang saya alami lebih menyakitkan dari deritanya kamu. Karena kata Buya Hamka "Tidaklah akan didapat dua manusia yang sama jalan kehidupannya dan tidak pula sama kekuatan badan dan akalnya". Juga masing-masing diri kita diberi cobaan yang pasti mampu kita lewati karena cobaan yang diberikan ialah sesuai kemampuan diri. Menyadari bahwa ketidaksanggupan diri kita bila diletakkan pada tubuh orang lain bukan untuk menilai diri ini lemah, tapi untuk terus mengingat dan memanjatkan rasa syukur selalu.

Show Comments